Pernah nggak sih kamu lagi istirahat sebentar dari kerjaan, terus buka TikTok atau Instagram Reels. Eh kamu malah nemu video yang aneh banget. Bukan lucu biasa, tapi aneh dalam arti sebenarnya.
Kayak video close-up wajah orang yang ekspresinya nggak berubah sambil ada suara editan scream di background. Atau klip dua detik kucing diem di atas nasi goreng sambil background-nya lagu remix religi. Kadang malah video kursi kantor diputer-puterin sama anak kecil, tapi dikasih caption “aku waktu tahu dia nggak balas chat.”
Tahu nggak apa yang lebih aneh? Kamu ikutan ketawa karenanya. Padahal nggak ada punchline. Nggak ada narasi. Tapi otakmu kayak, apa sih, ya udahlah, ikutan ngikik aja. Gitu.
Belum puas ketawanya, kamu malah scroll lagi. Muncul video editan noise glitch disambung sama adegan sinetron yang overdramatic. Lanjut lagi muncul suara “nyaa~” dipasangin dengan gambar sapi.
Absurd sih. Tapi kamu terus nonton. Dan makin lama, makin kebal. Terhibur, tapi nggak tahu kenapa. Otakmu kayak stuck di mode buffering.
Well. Selamat datang di era brainrot, zaman di mana kita nggak lagi cari makna, tapi sensasi. Dan jujur aja, kadang kita malah menikmatin itu.
Brainrot tuh Awalnya Istilah Serius, Sekarang Jadi Budaya

Kata brainrot sendiri tuh istilah slank punya arti kerusakan otak. Tapi internet, seperti biasa, nggak bisa serius terlalu lama.
Istilah ini pun dipakai buat nyebut kondisi di mana otak kita “kerasa error” karena terlalu banyak nonton konten aneh, absurd, dan nggak masuk akal.
Bukan cuma aneh, konten brainrot itu punya kondisi, seperti ini:
- Singkat,
- Intens,
- Lucu dengan cara yang absurd,
- Kadang disturbing tapi bikin ngakak,
- Dan bikin kita pengin nonton lagi dan lagi.
Coba deh lihat tren edit core, video filter “Shrek sayang kamu”, noise aesthetic TikTok, potongan dialog sinetron tahun 2000-an dikasih transisi glitch, atau video orang bengong di minimarket sambil pakai caption “aku saat hidup udah nggak lucu lagi.”
Itu semua masuk kategori konten brainrot lho. Nggak hanya konten anomali, kayak Tung Tung Tung Sahur, Balerina Capucina dan kawan-kawannya. Dan yang bikin ngeri-ngeri lucu adalah kita menikmatinya.
Kenapa Konten Gak Masuk Akal Justru Viral?
Alasannya simple yaitu karena otak kita capek.
Di dunia yang penuh informasi, tekanan hidup, dan ekspektasi sosial, otak kita butuh tempat buat ngadem. Dan konten absurd ini, yang katakanlah gak minta dipahami, gak perlu kita repot tafsirkan, semacam jadi pelarian yang menyenangkan.
Kita tuh butuh tawa yang gak harus dijelasin.
Terkadang, kita cari kejutan kecil yang bisa bikin dopamine naik meski cuma 15 detik.
Atau malah pengin sesuatu yang aneh, karena semua yang normal kadang terasa membosankan.
Dan di situlah algoritma memainkan peran yang penting. Dia ngerti banget selera kita yang butuh cepet, rame, dan random. Nah, konten-konten yang bikin brainrot pas banget buat itu.
Efek Brainrot! Semacam Hiburan Cepat, Tapi Ada Harganya

Lucunya, walaupun kita ketawa saat nonton, sering kali setelahnya muncul rasa aneh.
“Barusan aku nonton apaan dah?”
“Aku habisin 30 menit buat liat orang gigit sabun doang?”
Itu karena konten instan tuh memang kayak junk food. Emang nikmat sih, tapi nggak ngenyangin. Kalau kebanyakan, malah bisa bikin kita:
- Sulit fokus baca konten panjang,
- Sering ke-distract saat kerja,
- Lebih suka hal instan daripada proses,
- Dan otak gampang jenuh kalau nggak ada stimulus absurd.
Tapi, apakah ini berarti kita harus anti-konten instan? Nggak juga deh kayaknya.
Brainrot Itu Cermin, Bukan Musuh
Brainrot adalah bentuk ekspresi zaman. Di balik video aneh, ada keresahan, kejenuhan, bahkan kritik sosial yang terbungkus dalam lelucon digital.
Generasi sekarang kadang lebih bisa cerita lewat meme absurd ketimbang pidato panjang.
Makanya, konten-konten kayak pendek tanpa perlu nalar untuk memahami dan anomali tuh nggak hanya bikin brainrot doang. Mereka punya sisi positifnya, antara lain:
- Bisa jadi wadah kreatif berekspresi tanpa batas,
- Menghibur tanpa beban,
- Bikin kita merasa gak sendirian, kayak, oh ternyata yang suka nonton “konten nggak jelas” bukan cuma kita.
Menurutku tuh kuncinya cuma satu sih. Kenali dosisnya. Jangan berlebihan nonton konten-konten unfaedah. Meskipun itu memberikan hiburan di kala hati sedang gundah gulana nunggu balasan chat pacar yang statusnya online tapi entah online-nya sama siapa
Apa yang Bisa Kita Lakukan (Kalau Mau Waras Sedikit)?
Tenang, artikel ini bukan ajakan tobat mendadak dari konten yang bikin brainrot. Aku tuh tahu banget, kita semua pernah (dan mungkin akan terus) menikmati momen scroll absurd yang tanpa sadar bikin ketawa tengah malam.
Tapi, kalau kamu mulai merasa otak “berisik” terus, susah fokus kerja, atau merasa hampa setelah maraton video tanpa makna. Hmm, mungkin ini saatnya kasih ruang untuk diri sendiri buat sedikit waras.
Sedikit aja, yang penting cukup buat nafas. Ceileh.
Berikut beberapa hal ringan yang bisa kamu coba lakukan, antara lain:
1. Pahami Algoritma.
Algoritma itu kayak teman yang terlalu baik. Dia ngasih apa pun yang kamu suka, terus-menerus, tanpa tanya dulu kamu lagi butuh atau enggak.
Kalau kamu sering nonton konten absurd, ya dia bakal nyodorin konten lebih absurd lagi. Semakin kamu scroll tanpa kontrol, semakin kamu masuk ke “lubang kelinci” yang dalam (dan kadang bikin kepala pusing sendiri).
Solusinya? Mulai pelan-pelan atur jenis konten yang kamu konsumsi. Cari, like, dan nonton juga konten informatif atau bermakna. Biar algoritma tahu, kamu juga butuh gizi digital.
2. Campur Jenis Konsumsi Kontenmu
Nggak ada yang larang kamu nonton editan absurd orang nyanyi pake suara kucing. Tapi, imbangi juga dengan konten yang kasih kamu insight.
Misalnya, setelah 10 menit nonton konten yang bikin brainrot, luangin 10 menit buat nonton video edukasi ringan, dengerin podcast menarik, atau baca artikel dari blog cerdas (ehm, kayak blog Smart Bisnis ini misalnya).
Kenapa ini penting? Supaya otak kamu tetap fleksibel. Bisa menikmati konten yang mengundang sensasi doang, tapi terbuka menerima konten yang memberi makna juga.
3. Jeda dari Layar

Kadang bukan kontennya sih yang bikin otak penat, tapi karena kamu udah terlalu lama di depan layar.
Coba deh ambil waktu tanpa HP 1–2 jam sehari. Walaupun cuma buat jalan sore, nyapu halaman, atau ngobrol sama manusia beneran (bukan lewat DM).
Sederhana, tapi efeknya besar banget. Kamu bakal sadar, oh ternyata dunia nyata lebih sepi, tapi juga lebih damai.
4. Jangan Merasa Bersalah karena Ketawa sama Konten Absurd
Ini penting ya! Menikmati konten yang bikin brainrot tuh bukan tanda kamu bodoh. Kamu manusia, dan manusia butuh hiburan, termasuk yang absurd dan random.
Yang jadi masalah tuh bukan apakah kamu nonton konten aneh, tapi berapa lama kamu membiarkan dirimu tersedot ke dalamnya.
Tertawa itu sehat. Tapi jangan biarkan tawa itu menggantikan koneksi, refleksi, dan makna dalam hidupmu.
Sensasi Itu Seru, Tapi Makna Masih Amat Sangat Perlu
Mungkin kita hidup di zaman yang terlalu cepat, terlalu padat, dan terlalu ribut. Jadi wajar kalau kita cari pelarian lewat konten-konten aneh nan absurd.
Tapi jangan sampai kita berhenti berpikir.
Boleh kok nonton orang pake filter muka kucing sambil joget pake sound “babi terbang di Mars”, tapi jangan sampai itu jadi satu-satunya hal yang bisa bikin kita tertawa.
Karena walaupun sensasi itu bikin nagih, makna tetap penting untuk bikin kita utuh.
Dan hey, kalau kamu masih bisa tertawa di tengah kekacauan dunia digital ini, berarti otakmu masih bekerja. Walaupun, sedikit ngebul. Hehehe…
Note: Semua ilustrasi yang ada di artikel ini dibuat menggunakan AI Google Studio






Salah satu alasan kenapa aku mutusin buat tutup akun Instagram, dan detox hampir semua konten video pendek (walaupun kerjaanku di sosmed). Ya karena menurutku fenomena brainrot ini udah ada di tahap meresahkan si. Kesel aja gitu, pas lagi banyak deadline.. eh, otak kita malah gak sinkron dan tenggelan di lautan scrolling video pendek.
Manfaat si ada ya, tapi menurutku mudharatnya pun terlalu banyak untuk diungkapkan.
Hiburan itu penting banget buat jaga kewarasan, apalagi sekarang meski semua serba canggih, hati kita tuh belum canggih-canggih amat buat nyembuhin masalah. Ciaaakkkk!!
Tapi beneran kok, kalau misal nih otak udah bilang waktunya istirahat, ya sesekali brainrot nggak masalah. Asal ketika waktunya bekerja/belajar ya kudu siap dipakai dan nggak mager buat gerakin otot otaknya. Dan aku setuju dengan diversivikasi tontonan biar otak juga bisa olahraga.. hehehe… 😀
Setujuuuu. Konten2 absurd begitu aku sesekali masih nonton. Utk hiburan aja. Tp ga mau keseringan. Tetep di feed ku yg banyak kluar konten2 workout dan traveling.
Otak kita sesekali butuh hiburan. Bener sih, terlalu berat kdg baca informasi ttg negara sendiri 😅😅. Jadi bolehlah konten2 absurd itu bikin rileks sejenak. Walau ga menghasilkan solusi.
Kenapa yaa.. aku ngerasa jenuh sama sosial media?
Satu-satunya yang aku suka saat ini cuma blog sama ytube musik.
Sesekali aja 5-10 menit aku scroll IG, Tiktok sama Thread.
Mungkin aku juga uda di fase jenuh dengan “pencitraan”.
Jadii.. let it flow ajalah yaa.. Hihihi~
Semoga anak-anak sekarang juga punya kesadaran dan bisa berada di titik jenuh sehingga ga brain rot.
Iya nih, kalau buka medsos, apalagi tergoda scrool TT, itu bayak konten ga mutu. dan anehnya viral dan disukai hehehe. Tapi sebenarnya kalau diusut, hadirnya konten-konten itu di beranda kita, karena memang sesuai algoritma kita ya. Jadi biar tidak brainrot semua tergantung pada diri kita sendiri, termasuk nonton konten bermutu, biar algoritma juga terbaca dan selanjutnya hadir konten-konten bermutu di beranda kita. pastinya batasi juga waktu dengan gadget.
Setuju kak..kadang kita memang butuh konten2 absurd yang mungkin tidak bermanfaat karena cuma ingin tertawa saja tapi yang penting jangan sampai kebablasan..kalo aku sendiri juga gt kalo dh ngerasa kok ini td gak ada faedahnya sama sekali ya udah kembali ke track cari yg bener2 bermanfaat dan yg kita butuhkan 🙂
Alhamdulillah masih tertawa, berarti daku sehat ya Kak Yun, hehe.
Kembali lagi ke diri orang masing-masing berarti ya bagaimana menyikapi segala hal yang ada termasuk dunia maya
Bener sih mba, sesekali kalau lagi di KRL arah pulang kerja dari pada bete misal lagi nggak BW aku sesekali buka konten kocak, cuma kalau yang random dan nggak jelas emang masih sering ku skip. Ku milih nonton stand up hehehee yang masih jelas konsep lucunya. Meski begitu tanpa sengaja kadang terpapar juga konten absurd dan ketawa yaudah lepas dari itu anggapnya hiburan semata dan membatasi buat nggak scrolling terus menerus.
Baru tau lho ternyata di balik brainrot masih tetap ada sisi positifnya selama dalam batasan yang normal ya. Semoga saja kita semua bijak menggunakan socmed, sesekali hiburan boleh tapi jangan kecanduan karena berbahaya buat kesehatan otak.
Ini yg bikin aku tersengaaatt mba
karena iya juga sik kalo dipikir2 boleh jadi aku kena brain rot (level ringan, semoga)
sekarang aku mulai kurangi konsumsi video2 pendek ber-genre “sampah”
kalo mau lihat video, aku otw Youtube aja, yg lebih komprehensif
Aku setuju dengan kalimat, kenali dosisnya.
Itu akarnya. Apapun boleh kok asal tetap sadar apakah itu bisa membuat diri lebih baik atau membuat menjauh dari diri.
Sepakat juga dengan beri ragam pada kontenmu supaya seimbang. Selain memang butuh segala sesuatu yang baik itu seimbang, juga bisa memberi informasi algo kalau tidak terus dikasi konten yang tidak membuat otak berkembang.
Iya loh, aku merasa akhir2 ini jadi semakin lama menghabiskan waktu nonton konten2 gak jelas di hp. Entah itu cuplikan film2 Korea, makanan, iklan2 yang racun banget dan video2 gak jelas tahu2 udah 2 jam aja. Padahal durasi tersebut kan mendingan buat BW atau malah bikin postingan baru. Kayaknya memang penting take a break for once in a while. Jadi walau hanya sejenak tapi otak refresh lagi ya.
kerasa banget efeknya fokus kita juga jadi buyar yang berefek lagi bakal kesulitan mencerna yang ilmiah karena otak mode belajarnya gk on, sekarang banyak satu buku aja lebih dari sebulan untuk tamat padahal dulu sehari buku 200 halamaan tamat. dan setelah refleksi saya buka tiktok dalam sehari bisa menguras waktu sampai 3 jam akhirnya saya batasi pakai pengingat.
Kadang aku juga merasa aneh sendiri sih mbak, bisa ketawa sama hal random di timeline yang jelas-jelas gak penting. Tapi lama-lama sadar, mungkin itu sinyal tubuh dan pikiran yang lagi minta rehat dari tekanan hidup sehari-hari. Yang penting sih tetap punya kendali. Hiburan tetap boleh, tapi sesekali kasih asupan yang bikin mikir juga. Supaya bukan cuma lucu-lucuan yang nyangkut, tapi juga insight yang bikin tumbuh.
Ya ampun ini sangat relate sama aku yang suka nonton video lucu dan random kayak gini, bikin ngakak sampai suami hafal banget kalau aku udah ngakak katanya “mulai deh” soalnya sampai kedengeran ke ruang kerjanya.
Biasanya kalau udah pusing dan mumet banget aku cari hiburan ini, tapi untungnya aku segera sadar kalau ternyata emang nggak baik ya kalau kebanyakan dosisnya.
Duh ternyata aku kena brainrot nihh 😢
Iya, aku ngerasa loh kalau otak dan mata itu lelaaah banget kena paparan visual terus menerus dengan cepat. Ngefek kemana-mana emang, terutama di usia dewasa seperti aku ini yang isinya sudah banyak pikiran, ketambahan stimulasi visual yang berlebihan.
Buatku harus diimbangi dengan tidur dan mindful di dunia nyata sehingga saat balik ke dunia maya, filter kita kembali tajam lagi dengan menswipe-swipe konten2 yang nggak kita butuhkan.
Sekaarang media sering dijadikan tempat mencari hiburan dan mengisi waktu. Tayangan² singkat hal² lucu dan absurd malah menjadi hiburan buat kita yang di keseharian berjumpa dgn hal² rumit di keseharian. Hiburan asli deh, jadi ketawa² tapi gak lama²…sebentar aja buat hiburan nanti balik lahi deh ke dunia nyata.
Itulah sebabnya aku masih terus berupaya ngeblog, salah satunya biar gak mengalami brainrot dan amit2 pikun huhu. Kalau suamiku lebih memilih mengisi TTS haha.
Aku juga cukup punay kekhawatiran terhadap makin banyaknya video pendek dan viral padahal gak guna, khususnya ke anak2, makanya aku batasin penggunaan gagdetnya.
Kalau soal algoritma yes biasanya sih aku gak terlalu ke kontentertentu tapi campur2 sih. Cuma aku pribadi sebenarnya gak terlalu sering scroll video pendek juga, lebih suka nonton YT berdurasi panjang terutama ttg rewiew makanan, rumah, dll.
Jujurly, aku salah satu termasuk orang yang sebel juga dengan konten yang ga masuk akal, aneh banget gitu lho, tapi yang seperti ini justru viral ya, duh gemes tapi aku ya ga bisa ngapa-ngapain. So aku emmilih untuk skip aja dan cuek aja dibilang ga update
That’s why I deleted that application (T). Terlalu banyak konten geje apalagi live yg geje (ngemis online).
Mengenai scrolling emang harus dikurangi Yakk. Nah daku punya second account IG dan itu khusus buat hobi musik, jadi algoritmanya vide musik. Scroll 10 menit cukuplah.
Buat ganti scroll sosmed, baca ebook di HP aja dan dengan mode pesawat jadi minim gangguan.
Belakangan aku malah jenuh sama social media lho, Kak. Walhasil aku buka medsos pas butuh posting aja. Dan nggak kupeduliin lagi bagaimana post itu diperlakukan. Kalau ada yang datang buat like ya alhamdulillah, nggak ya sudah. Sesi ngider medsosku pun berkurang. Bahkan ponsel yang biasa kupakai kerja sekarang, akun medsosnya aku uninstall demi menghindari distraksi karena kelamaan scroll nyari video kucing. Video begitu juga bagian dari video yang bikin brainrot kan ya?
Sesekali masih ngider tapi terbatas saja waktunya. Jadilah kalau kontennya mulai buat aku merasa “ih apa banget deh” pelan-pelan skip deh.
Sebagai pengguna instagram yang kadang kecanduan scrolling sampai berjam-jam, aku kaget ternyata ada juga konten-konten seperti yang disebutkan di tulisan ini. Aku kira ngeliatin postingan gosip-gosip sampai berjam-jam itu udah termasuk kategori brain rot 😅 Sepertinya, sudah saatnya aku juga mengurangi scrolling di instagram, khawatir mulai termakan konten brain rot beneran
Kalo aku konten yg brain root mungkin ya asmr makanan. Gak ada faedahnya sama sekali. Tapi kadang emang bikin candu nontonnya. Apalagi pas jam2 rawan laper.
sejak kehadiran tiktok sebagai platform video pendek memang sih harus diakui lumayan bikin otak jadi lemot karena konsentrasi jadi singkat dan kadang kontennya sungguhlah tidak faedah
beneran dah sekarang istilah brainrot menjadi topik utama
bocil2 juga udah pada hafal sama tungtung sahur